- Indico style
- Indico style - inline minutes
- Indico style - numbered
- Indico style - numbered + minutes
- Indico Weeks View
This is a sandbox server intended for trying out Indico. It should not be used for real events and any events on this instance may be deleted without notice.
Keynote Speaker:
Indonesian Ambassador for Thai Kingdom
Invited Speaker
1. Dr. Lilik Wahyuni, M.Pd. (Tianjin Foreign Studies University, Tiongkok)
2. I Kadek Purnawan, S.S., M.S.Ed. (Nanzan University, Japan)
3. Dr. Gatut Susanto, M.M., M.Pd. (Universitas Negeri Malang, Indonesia)
4. Dr. Suhailee Sohnui, M.Pd. (Chiang Mai University, Thailand)
5. Ms Liana Kosasih (National University of Singapore, Singapore).
Topic:
Publication: Jurnal Dwipantara
workshop:
Important dates:
✅ Registration: September 10th - November 27th , 2024
✅ Abstract Submission Deadline: Oktober 10th , 2024
✅ Acceptance Notification: October 15th , 2024
✅ Conference Day: November 30th , 2024
ATK dan Certificate
All participant in main room
Singing Indonesian Anthem “Indonesia Raya” (Sari Suharyo)
Indonesia Raya
Ciptaan: W.R. Supratman
Stanza 1:
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru
"Indonesia bersatu!"
Hiduplah tanahku
Hiduplah negeriku
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Reff:
Indonesia Raya
Merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Dance Performance (Chiang mai Students)
Yang terhormat para tamu undangan, perwakilan KBRI Bangkok, rekan-rekan dari Universitas Chiang Mai, para pembicara, presenter, dan seluruh peserta Konferensi APPBIPA IV tahun 2024.
Pertama-tama, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan dari KBRI Bangkok, Universitas Chiang Mai, serta kontribusi luar biasa dari para pembicara dan presenter yang telah berperan dalam acara ini.
Baru saja, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober dan Hari Pahlawan pada 10 November. Peristiwa ini mengingatkan kita pada semangat pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatera, Jong Sulawesi, dan Jong Kalimantan yang bersatu padu untuk mewujudkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Hari ini, dalam semangat yang sama, kita melihat Jong Patani, Jong Phitsanulok, Jong Bangkok, dan Jong Chiang Mai hadir di sini untuk meneruskan cita-cita perjuangan tersebut.
Dengan mengusung tema “Bahasa Indonesia sebagai Diplomasi Lunak,” kita berharap hubungan antara Indonesia dan Thailand semakin erat, memperkuat persahabatan yang harmonis melalui kekuatan bahasa dan budaya.
Saya mengucapkan selamat mengikuti konferensi ini. Semoga acara ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kita semua.
The Dean of Faculty Humanities Chiang Mai University
Head of Badan Bahasa (Prof. H. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D.) (Daring)
Keynote from main speaker
Ambassador of Indonesian for the Kingdom of Thailand and UNESCAP (Duta Besar YM Rachmat Budiman)
Keynote from main speaker
Main room
Indonesian Language as softdiplomacy
Abstrak: Kajian akademis diplomasi budaya sudah banyak dilakukan. Penelitian ini mengkaji kebutuhan dan peran Rumah Budaya Indonesia (RBI) sebagai arena diplomasi budaya untuk melakukan pertukaran dan apresiasi nilai-nilai, tradisi, dan praktik budaya. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis kebutuhan RBI dan strategi pemanfaatan RBI sebagai pusat heritage dan hubungan internasional Indonesia dengan negara lain. RBI dibutuhkan sebagai penghubung antara budaya Indonesia dengan dunia internasional. RBI menyediakan ruang pameran seni, pertunjukan musik dan tari, kursus bahasa, serta kegiatan kuliner untuk menarik perhatian masyarakat internasional. Optimalisasi RBI dilakukan melalui Kerjasama dengan komunitas lokal, organisasi budaya setempat, memberdayakan komunitas diaspora Indonesia untuk mempromosikan berbagai bidang budaya. Keberhasilan Rumah Budaya dalam menjalankan fungsinya sangat bergantung pada dukungan yang memadai dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, komunitas, dan individu.
Artikel ini memaparkan tentang eksistensi pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), khususnya di kasus perguruan tinggi di Jepang. Secara spesifik, makalah ini menjelaskan keberadaan mata kuliah BIPA di perguruan tinggi Jepang, tantangan yang dihadapi, kesalahan-kesalahan berbahasa yang sering terjadi, dan strategi yang dipakai dalam mempererat hubungan Jepang dan Indonesia melalui pengajaran bahasa. Data-data primer berupa hasil pengamatan penulis dalam mengajar BIPA selama lima tahun dan data sekunder berupa sumber-sumber penelitian lain dipakai dalam artikel ini. BIPA di Jepang diajarkan sebagai mata kuliah wajib dan mata kuliah pilihan. Selain itu, ada perguruan tinggi yang membuka BIPA untuk masyarakat umum melalui program open college. Tantangan pengajaran BIPA yang dihadapi pengajar meliputi karakteristik mahasiswa yang cenderung pendiam dan tidak mau menonjolkan diri, jumlah pemelajar yang cukup banyak untuk level pemula dalam satu kelas, gaya pengajaran Jepang yang menitikberatkan pada tata bahasa dan hafalan, serta perbedaan konteks budaya antara Indonesia dan Jepang dalam berkomunikasi. Berdasarkan pengamatan aspek linguistik, kesalahan bahasa pemelajar BIPA meliputi kesalahan pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis (frasa, klausa, kalimat), semantik dan pragmatik. Strategi-strategi pengajaran yang diterapkan dalam mempererat hubungan kedua negara melalui pengajaran BIPA juga dijelaskan lebih rinci, seperti pelibatan mahasiswa Indonesia dalam kegiatan di kelas dan kegiatan memasak makanan Indonesia.
Tujuan tulisan ini menjelaskan keberadaan BIPA di Indonesia. Metode yang digunakan adalah naratif inquire berdasarkan refleksi pegiat dan pengajar BIPA. Hasil menunjukkan bahwa BIPA 1) BIPA di Indonesia berdasarkan jenjangnya dapat diklasifikasi menjadi program gelar dan program nongelar. BIPA sebagai gelar ditempuh mahasiswa melalui Pendidikan program Magister Pendidikan BIPA dan mata kuliah pilihan di prodi. Sebagai program nongelar, BIPA di Indonesia memiliki banyak nama. Antara lain: Darmasiswa RI, Kemitraan Negara Berkembangan (KNB), dan Incountry Program. 2) Dalam perkembangannya, BIPA di Indonesia dapat dipandang dari empat perspektif, yaitu BIPA sebagai ilmu, profesi, industri dan diplomasi. 3) Lembaga penyelenggara BIPA terdapat di instansi pemerintah seperti Universitas dan Sekolah Tinggi, Lembaga swasta penyelenggara kursus BIPA, dan kursus mandiri oleh perseorang. Dilihat dari jumlah jumlah persebaran penyelenggara BIPA di Indonesia masih terpusat di pulau Jawa. 4) Perkembangan program BIPA di Indonesia dan peningkatan kompetensi pengelola dan pengajar BIPA mendapatkan fasilitasi oleh Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa di tingkat nasional dan Balai Bahasa atau Kantor Bahasa di Tingkat regional atau provinsi melalui bimbingan teknis ke-BIPA-an. Selain itu, Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA (APPBIPA) pusat dan cabang di 28 provinsi juga berkontribusi dalam menggeliatkan pembelajaran BIPA di Indonesia.
This study reviews Bahasa Indonesia language course programs offered by various schools in Singapore, analyzing their syllabus, teaching methodologies, and learning objectives. Data was collected from the websites of six language schools, encompassing beginner to advanced levels. The analysis reveals a diverse range of course structures, durations, and pedagogical approaches, with some schools emphasizing conversational fluency while others prioritize grammatical accuracy. The findings showed two prevalent syllabus types emerged: conversational-based which prioritizing oral communication and fluency, and topical-based integrated grammar, balancing skill development with contextual grammar learning. The choice between these approaches hinge on program goals, learner proficiency, and teaching philosophy. The study highlights the importance of considering learner needs and desired outcomes when designing effective Bahasa Indonesia language courses in Singapore. Future research could explore the effectiveness of each approach and investigate learner perspectives.
Pengajaran Bahasa Indonesia di Fakultas Humaniora, Departemen Bahasa Timur, Chiang Mai University dimulai pada tahun 2021 oleh Ajarn Sirikranda Sakulpimolrat. Awalnya, pembelajaran dilakukan secara daring. Saat ini, Ajarn Sirikranda tengah melanjutkan studi doktoral di Universitas Sebelas Maret, Indonesia. Pengajaran Bahasa Indonesia kini dilanjutkan oleh Dr. Suhailee Sohnui.
Bahasa Indonesia ditawarkan sebagai mata kuliah pilihan dan minor. Setiap semester, terdapat lima mata kuliah yang dibuka, yaitu Fundamental Bahasa Indonesia 1, Fundamental Bahasa Indonesia 2, Intermediate Bahasa Indonesia, Listening and Speaking Bahasa Indonesia, serta Sosial Budaya Indonesia. Program ini dirancang untuk memberikan dasar yang kuat dalam bahasa Indonesia, baik dari segi keterampilan berbahasa maupun pemahaman budaya, sehingga mahasiswa dapat mengembangkan kompetensi bahasa dan wawasan lintas budaya.
First Floor
Indonesian Language for Foreign Speaker
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis motivasi belajar mahasiswa asing dalam penguasaan Bahasa Indonesia, dengan fokus pada mahasiswa internasional yang berasal dari Thailand, Jepang, dan Pakistan di Universitas Muhammadiyah Makassar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui metode kuesioner dan wawancara. Instrumen kuesioner didasarkan pada empat dimensi utama, yaitu motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, strategi pembelajaran, dan faktor lingkungan belajar. Selain itu, wawancara terstruktur dilakukan untuk mendalami persepsi mahasiswa terhadap motivasi belajar dan pengaruhnya terhadap penguasaan Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi intrinsik, seperti ketertarikan pribadi dan keinginan untuk menggunakan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berbahasa lisan mahasiswa. Di sisi lain, motivasi ekstrinsik, seperti kebutuhan akademik dan profesional, turut memberikan kontribusi, terutama dalam pencapaian akademik. Faktor lingkungan belajar, seperti dukungan dari dosen dan ketersediaan fasilitas pembelajaran, juga memainkan peran penting dalam memfasilitasi kemajuan belajar mahasiswa. Berdasarkan analisis korelasi, ditemukan hubungan positif antara tingkat motivasi dan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tertulis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa motivasi belajar, baik intrinsik maupun ekstrinsik, memiliki peran yang signifikan dalam proses penguasaan Bahasa Indonesia oleh mahasiswa asing. Dukungan lingkungan belajar yang memadai dapat memperkuat motivasi mahasiswa dalam mengikuti program BIPA di Universitas Muhammadiyah Makassar. Temuan ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan strategi pengajaran yang lebih efektif dalam program BIPA di masa depan.
Kata Kunci: motivasi belajar, mahasiswa asing, penguasaan bahasa indonesia, program bipa, universitas muhammadiyah.
Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) semakin berkembang pesat. Perkembangan ini berjalan sesuai zamannya. Saat ini teknologi menjadi bagian erat dalam kehidupan, termasuk dalam pembelajaran. Kajian ini mendeskripsikan beberapa pengembangan materi dan media pembelajaran BIPA yang berbasis pada teknologi dan pengaruhnya dalam pembelajaran BIPA. Data kajian ini diperoleh dari studi dokumen dan wawancara yang diperkuat dengan kajian empirik dalam beberapa riset terkait. Dalam pengembangannya aplikasi pembelajaran berbasis teknologi sudah banyak digunakan untuk pembelajaran BIPA, seperti media Kahoot, blooket, quiziz, wordwall, dan game edukasi lainnya. Selain itu pengembangan bahan ajar berbasis canva, e-book, adobe flash, Real- time Multiplayer Virtual Reality, dan sebagainya juga sudah mulai dikembangkan. Dalam penggunaan di kelas, pemelajar merasa senang dan terbantu dengan teknologi. Mereka belajar serasa bermain, mudah mendapatkan bahan belajar, sesuai dengan generasinya, serta banyak tantangan yang menjadikan mereka tertarik dengan jiwa kompetitifnya tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa peran teknologi dalam pembelajaran BIPA mendapat tempat yang baik. Banyak pengaruh positif yang muncul dari hal tersebut. Perkembangan teknologi menjadi tantangan tersendiri bagi pengajar BIPA dalam mengembangkan kelas BIPA.
Kata Kunci:
pembelajaran BIPA, peran teknologi, teknologi dalam kelas BIPA, kelas BIPA era global
STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA DIGITAL: STUDI KASUS KONTEN YOUTUBE
1Sukma Adelina Ray, Diah Kusyani2
1,2Universitas Alwashliyah, Kota Medan, Indonesia
1adelinaray3sukma@gmail.com, 2diahkusyani13@gmail.com
*Corresponding Author: adelinaray3sukma@gmail.com
ABSTRAK
Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) telah mengalami transformasi dengan kehadiran media digital sebagai sarana pembelajaran. Perkembangan teknologi digital ini telah memberikan peluang baru dan salah satu metode yang efektif dalam menghadapi tantangan era globalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi pembelajaran Bahasa Indonesia melalui media digital, dengan fokus pada studi kasus konten YouTube sebagai salah satu platform yang digunakan secara luas. Penelitian ini menganalisis bagaimana konten-konten edukatif di YouTube dapat membantu penutur asing dalam mempelajari kosakata Bahasa Indonesia secara lebih interaktif dan menyenangkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dan studi literatur untuk analisis konten video terkait topik penggunaan Bahasa Indonesia dalam memahami strategi pembelajaran yang digunakan. Sumber data dibatasi pada konten yang tersedia di kanal youtube yang terdiri dari 7 konten yang berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konten-konten yang dianalisis ditemukan beberapa data berupa kosakata serta percakapan yang menggunakan tututan dalam mengajarkan dan mengenalkan bahasa Indonesia bagi penutur asing. Konten-konten yang dianalisis para youtuber menggunakan strategi yang meliputi pemanfaatan visual, penggunaan bahasa yang santai namun informatif, pengenalan budaya Indonesia secara kontekstual, dan interaksi interaktif efektif dalam membantu penutur asing memahami Bahasa Indonesia dengan lebih baik khususnya dalam hal penguasaan kosakata dan pelafalan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya pemanfaatan media digital dalam mendukung pembelajaran BIPA.
Kata Kunci: Strategi, pembelajaran Bahasa Indonesia, media digital, YouTube, BIPA
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis teks narasi Bahasa Indonesia melalui pendekatan Genre Based Approach (GBA). Subyek penelitiannya adalah mahasiswa tahun pertama di Universitas Rajabhat Songkhla, Thailand pada tahun ajaran 2023/2024. Dengan melibatkan 25 mahasiswa yang mengambil mata kuliah Bahasa Indonesia, penelitian ini menekankan pentingnya keterampilan menulis Bahasa Indonesia, di mana menulis dianggap sebagai keterampilan yang paling sulit karena memerlukan kemampuan untuk mengungkapkan gagasan dengan baik. Metode pengumpulan data dilakukan melalui analisis hasil tulisan mahasiswa untuk memahami kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh pemelajar. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif untuk mengidentifikasi kesalahan berbahasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Genre Based Approach (GBA) mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis Bahasa Indonesia. Kesalahan dapat diminimalisir dengan menerapkan tahap-tahap pendekatan GBA yaitu fase membangun pengetahuan (building knowledge of the field stage), fase pemodelan serta dekonstruksi teks (modeling and deconstructing of the stages), Fase pembangunan bersama (joint construction stage) dan konstruksi bebas (independence contruction stage). Pendekatan tersebut dapat memperluas kosa kata dan pengetahuan mahasiswa tentang topik dan konteks teks serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengeksplorasi ide dan mengembangkannya menjadi sebuah teks yang baik.
Kata kunci: Genre Based Approach, kemampuan menulis, Bahasa Indonesia, mahasiswa Thailand.
Culture shock atau gegar budaya merupakan proses yang dapat dialami ketika seseorang mengalami kontak dengan budaya asing dan menghadapi perubahan pada lingkungan yang tidak familiar. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana gegar budaya yang dialami oleh mahasiswa asing yang belajar di UPN Veteran Jawa Timur serta bagaimana strategi adaptasi yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode wawancara mendalam untuk mendapatkan gambaran pengalaman dan strategi yang dilakukan oleh mahasiswa asing yang berasal dari Madagaskar, Pakistan dan Afrika. Temuan penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa mengalami bentuk gegar budaya yang berbeda, diantaranya gejala fisik seperti sakit perut dan deman, dan gejala psikologis seperti perasaan rindu terhadap rumah serta masakan dari daerah asal. Selain itu, ditemukan pula bahwa pada mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal mengenai budaya dan bahasa Indonesia, gejala gegar budaya cenderung lebih ringan. Hal ini juga berkontribusi terhadap strategi adaptasi yang mereka lakukan. Faktor pendukung strategi adaptasi diantaranya dukungan sosial dari rekan mahasisiwa internasional dan mahasiswa lokal serta program orientasi dan program BIPA yang disediakan kampus. Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pemahaman mengenai tantangan gegar budaya yang dapat dialami oleh mahasiswa asing serta bagaimana strategi adaptasi yang dapat dilakukan mengatasi gegar budaya dan meningkatkan kesejahteraan mahasiswa asing.
Indonesian and Thai Literature
Indonesian and Thai Art
Kajian sastra bandingan merupakan pendekatan teoritis yang dapat diaplikasikan untuk menganalisis dan membandingkan berbagai karya sastra, termasuk cerita rakyat. Penelitian ini fokus pada perbandingan motif dalam dua cerita rakyat, yaitu Krai Thong dan Buaya Perompak, yang telah diwariskan secara turun temurun dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan motif antara kedua cerita tersebut menggunakan pendekatan struktural dengan klasifikasi motif Thompson. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik perbandingan sastra. Data penelitian ini berupa unsur intrinsik kedua cerita. Sumber data penelitian ini adalah kedua cerita yang diteliti. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik baca catat. Analisis data penelitian dilakukan dengan identifikasi dan klasifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tujuh persamaan motif antara kedua cerita, yaitu mitologi, hewan, tabu, sihir, orang mati, ujian, penipuan, masyarakat, serta penghargaan dan hukuman. Meskipun demikian, perbedaan budaya jelas terlihat pada penyelesaian masing-masing cerita, mencerminkan variasi dalam nilai-nilai dan pandangan dunia masyarakat yang melahirkan cerita-cerita tersebut.
Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) memberikan kesempatan pada para pemelajar yang ingin mempelajari bahasa dan budaya Indonesia sebagai pintu gerbang untuk mengenal Indonesia lebih dalam lagi. Dengan semakin banyaknya pemelajar BIPA yang tertarik untuk menggunakan bahasa Indonesia, maka semakin terbuka lebar kesempatan bagi bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa Internasional. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melalui strategi kebudayaan. Strategi kebudayaan yang dapat dilakukan dalam mengenalkan Indonesia dalam kelas BIPA adalah melalui pengenalan budaya lokal yang menjadi ujung tombak dari kebudayaan Indonesia, dan salah satunya budaya lokal Jawa Timuran. Pengenalan budaya lokal Jawa Timuran ini dapat membuka kesempatan bagi pemelajar BIPA untuk melihat, memahami dan berinterakasi langsung dengan budaya setempat. Tulisan ini akan menguraikan budaya lokal Jawa Timuran yang diharapkan dapat membantu para pemelajar yang ingin mengenal budaya Jawa Timuran lebih dekat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pemerolehan data melalui kuesioner, wawancara, dan referensi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengenalan aspek-aspek budaya Jawa Timuran dalam pengajaran BIPA dapat menjadi strategi kebudayaan dalam mendukung upaya Pemerintah Indonesia untuk menginternasionalisasikan bahasa Indonesia.
Penelitian ini meneliti Strategi komunikasi lintas budaya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), focusnya pada strategi komunikasi lintas budaya pada pembelajaran bahasa Indonesia oleh mahasiswa internasional yang multicultural. Kendala Bahasa dan budaya membuat pembelajar Bahasa dalam kelas internasional menimbulkan gegar budaya dan menimbulkan lambat dalam pemahaman Bahasa Indonesia yang sudah dipelajarinya. Tujuanya untuk meningkatkan berpikir kritis mahasiswa Internasional saat belajar Bahasa Indonesia. selain itu penelitian ini berupaya melihat startegi komunikasi lintas budaya yang efektif dalam praktik pembelajaran BIPA hingga dapat dipahami bahwa startegi komunikasi yang diberikan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa internasional. Dengan menggunakan metode procedural dan eksplorasi dengan desian studi kasus. Penelitian ini mengamati kelas internasional yang mengambil program bahasa Indonesia diuniversitas disumatera barat. penelitian ini menggabungkan pengamatan langsung di ruang kelas dan catatan lapangan menawarkan wawasan berharga tentang dinamika interaksi dan metodologi pengajaran. Temuan penelitian ini pembelajaran BIPA menawarkan kesempatan bagi penutur asing untuk tidak hanya belajar bahasa, tetapi juga memahami konteks budaya di balik Bahasa Indonesia. Studi ini memberikan wawasan yang berguna dalam kompetensi pengajaran lintas budaya pada kelas bahasa Indonesia dalam program internasional di universitas di sumatera barat.
Pelaksanaan kelas PJJ daring BIPA di KBRI Oslo, Norwegia memberikan tantangan tersendiri bagi pengajar dan pemelajar. Kondisi para pemelajar yang baru pulang dari beraktivitas dan hanya duduk dalam waktu 2 jam di depan Zoom Meetings menyebabkan turunnya motivasi belajar. Oleh karenanya, keadaan ini menjadi tantangan yang besar bagi pengajar BIPA untuk menyediakan media pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyiapkan media interaktif. Media interaktif dalam konteks ini merupakan media yang melibatkan untuk berpartisipasi dalam pembelajaran BIPA. Adapun tujuan penulisan artikel ini, yaitu untuk memaparkan jenis-jenis media interaktif yang digunakan dalam kelas BIPA daring. Artikel ini merupakan kajian deskriptif pelaksanaan pembelajaran BIPA daring selama kelas PJJ di KBRI Oslo, Norwegia. Hasil kajian menjelaskan bahwa pembelajaran interaktif sangat diperlukan dalam kelas PJJ daring karena: (1) semua pemelajar BIPA dapat terlibat aktif dalam setiap proses pembelajaran; (2) memudahkan pemelajar dalam belajar bahasa dan budaya Indonesia; (3) memudahkan evaluasi dan penilaian. Media pembelajaran interaktif yang digunakan saat kelas daring adalah wordwall, whiteboard.fi, wheelofnames, mentimeter, storyboardthat, storyjumper, canva, dan voicespice. Ketujuh pembelajaran di atas menawarkan pembelajaran interaktif secara dua arah. Pengajar dan pemelajar BIPA dapat mengakses media-media tersebut secara bersamaan sehingga dapat membuat kelas menjadi hidup dan aktif.
This research aims to describe and analyze the BIPA Program (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) or Indonesian Language for Foreign Learners in Chiang Mai, Thailand, with a focus on its early establishment from 2011 to 2015 at the Language Institute of Chiang Mai University. Employing a quantitative approach and an evaluation method based on historical data, the study explores the development of the BIPA program through narrative and descriptive analysis. In addition, the research examines course content, teaching materials, student demographics, and the program’s role as a tool of cultural diplomacy for Indonesia in Thailand. The study seeks to evaluate the sustainability of the BIPA program, highlighting the challenges faced in maintaining it over time. The findings of this research provide insights into the sustainability of the BIPA program and offer recommendations for its continued success as a diplomatic and educational initiative, particularly through Indonesian language and cultural teaching program.
Indonesian and Thai Art, BIPA
This study aims to explore the use of traditional dances, such as the Ondel-Ondel Dance, as teaching materials in the local culture-based Indonesian for Foreign Speakers (BIPA) program. The Betawi traditional dance "Ondel-Ondel," a symbol of Jakarta's culture, was selected to introduce rich elements of Indonesian culture into the language learning process. This study employs a qualitative method, including an analysis of teaching materials and in-depth interviews with 20 BIPA teachers and 40 learners across several educational institutions. The results are expected to demonstrate that the integration of the "Ondel-Ondel" dance can enhance students' understanding of local culture, while also increasing their engagement and motivation in language learning. Additionally, culture-based materials are expected to help students comprehend the social and cultural context surrounding the Indonesian language. Integrating Betawi's traditional dance, "Ondel-Ondel," into BIPA materials not only enriches the students' learning experience but also strengthens the connection between language and local culture. This study recommends incorporating a broader range of local cultural elements in the development of BIPA teaching materials and providing additional training for BIPA teachers.
Keywords: Traditional Dance, BIPA Materials, Local Culture
BIPA saat ini semakin diminati oleh negara-negara lain. Selain belajar bahasa, mahasiswa BIPA juga dikenalkan dengan budaya Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman, media pembelajaran pun ikut berkembang, terlebih khusus pada pengajaran BIPA. Pada era yang sudah banyak memanfaatkan modernitas teknologi, mulai muncul media pembelajaran berbasis digital. Media pembelajaran digital dapat dimanfaatkan dalam beragam bentuk seperti video, animasi, gambar, maupun audio. Salah satu media pembelajaran BIPA yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa dan pengenalan kebudayaan Indonesia lewat dendang ataupun lagu. Video Dendang Delapan Etnik Sumatera Utara memiliki banyak nilai budaya, seni, dan nilai karakter. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah lagu-lagu daerah Sumatera Utara. Bentuk datanya berupa kata-kata yang berisi pengenalan kosakata dasar bagi pembelajar BIPA. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengamati dan mencatat. Hasil penelitian ini diperoleh gambaran mengenai lagu daerah Sumatera Utara yang dapat dijadikan media pembelajaran BIPA berbasis digital. Lagu-lagu daerah Sumatera Utara antara lain: Selayang Pandang, Famili Taksi, Pos Ni Uhur, Tirismo Lae Bangkuang, Ketabo-ketabo, Kijom, Maena, dan Mumpat Taluktuk. Lagu daerah Sumatera Utara dapat dijadikan media pembelajaran BIPA bagi pembelajar BIPA dasar yang baru pada tahap mengenal kosakata dasar dan mengenal budaya Indonesia. Hasil penelitian pemanfaatan video dendang delapan etnik Sumatera Utara yang digunakan sebagai media pembelajaran BIPA berbasis kearifan lokal untuk kelas pemelajar level madya sangat membantu pengajar. Video berdurasi lebih dari sembilan menit membantu pemelajar mengenal kearifan lokal yang ada di Indonesia (Sumatera Utara) tanpa harus pergi ke lokasi secara langsung.
Kata Kunci: Pemanfaatan, Media, Pembelajaran BIPA, Kearifan Lokal
Setyasih Harini, Agung Yudhistira Nugroho, Fiona Vondra Ardan Hamingtri
Affiliation: Slamet Riyadi University
Email. setyasih.ini@gmail.com
Abstract
Wayang kulit is one of the traditional performing arts that rich in philosophy and local wisdom values. The puppeteer in wayang kulit shows acts as a key character. The puppeteers of wayang kulit have always been male, but digital technology, especially YouTube, provide opportunities for female puppeteers to perform easily, quickly, and effectively. This study aims to explain the contribution of female puppeteers as cultural diplomacy actors in introducing wayang kulit globally through Youtube. The theories used are cultural diplomacy and postfeminism with qualitative approach in a case study by exploring the activities of Solo Raya female puppeteers during wayang kulit performances through Youtube. Data were collected from primary sources through interviews with Solo Raya female puppeteers from Surakarta City, Sragen, Sukoharjo, and Boyolali Regency, and secondary data from literature review, Data analysis in this qualitative research is in the form of data selection and data interpretation. Data selection is based on the results of interviews. Data interpretation is carried out by researchers by narrating the voices of informants into text according to the needs of research data. The results show that wayang kulit shows through YouTube channels reflect the Nusantara cultural diversity and the dissemination of local values. Introduction of wayang kulit performed by female puppeteers through YouTube is a means of empowering women, building cultural intelligence among nations, increasing intercultural dialogue, and strengthening cooperation between nations based on cultural diversity.
Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) untuk kebutuhan khusus makin meningkat seiring dengan tingginya minat warga negara asing dalam mempelajari abahsa Indonesia. Selain itu, meningkatnya hubungan diplomatik dan ekonomi Indonesia dengan negara-negara lain turut mendorong minat pekerja asing untuk belajar bahasa Indonesia dalam konteks profesional. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing dengan fokus pada konteks profesional, seperti tenaga kerja asing. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini menganalisis penggunaan materi ajar, metodologi pengajaran, serta pencapaian kompetensi komunikasi tenaga kerja asing selama mengikuti pelatihan bahasa Indonesia. Responden dalam penelitian ini meliputi peserta pelatihan BIPA asal Korea Selatan yang belajar di Balai Bahasa UPI dan pengajar yang mengkhususkan diri dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk tujuan profesional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengajaran BIPA di Balai Bahasa UPI sudah mencakup beberapa kebutuhan aspek profesional, seperti negosiasi, rapat, presentasi, dan korespondensi dalam bidang profesional. Meski sudah mencakup sebagian besar kebutuhan aspek profesional, masih terdapat kesenjangan dalam hal keterampilan berbicara dan menulis dalam lingkup kebutuhan pekerjaan. Peserta pelatihan BIPA tujuan profesional masih memiliki hambatan dalam keterampilan menulis sebab pengajaran yang dilakukan banyak berfokus pada keterampilan berbicara. Selain itu, paparan dan kesempatan peserta pelatihan dalam meningkatkan keterampilan berbicara lebih besar daripada keterampilan menulis.
Politic, Economic, BIPA
Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) tidak hanya bertujuan mengajarkan bahasa, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai budaya Indonesia, termasuk sikap toleransi beragama. Masjid Al-Karomah di Martapura, Kalimantan Selatan, sebagai warisan religius bersejarah, menawarkan media pembelajaran kontekstual yang potensial untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa BIPA tentang toleransi dalam keberagaman sikap beragama.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pemanfaatan Masjid Al-Karomah sebagai media pembelajaran langsung dalam program BIPA untuk mendorong sikap toleransi beragama. Dengan menggunakan metode studi kasus, penelitian ini melibatkan observasi, dan wawancara terhadap mahasiswa BIPA yang terlibat dalam kunjungan dan pembelajaran di Masjid Al-Karomah. Pendekatan kualitatif dipilih untuk mendalami pengalaman mahasiswa dalam mempelajari nilai-nilai keberagaman melalui interaksi langsung dengan situs religius.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran kontekstual melalui kunjungan ke Masjid Al-Karomah memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa BIPA tentang pentingnya toleransi beragama. Mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan bahasa, tetapi juga terlibat dalam diskusi dan refleksi tentang peran agama dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang multikultural.
Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan dalam hal jumlah peserta yang terbatas dan lokasi penelitian yang hanya mencakup satu situs. Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar lebih banyak situs religius dilibatkan, serta dengan peserta dari berbagai latar belakang budaya dan agama untuk memperluas cakupan temuan. Rekomendasi penelitian ini mencakup pengembangan metode pembelajaran berbasis warisan religius dalam program BIPA di berbagai lokasi untuk memperkuat pemahaman lintas budaya dan agama.
Program BIPA tidak hanya sekadar mengajarkan bahasa, tetapi juga menjadi wadah untuk menanamkan nilai-nilai luhur bangsa. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan, sejarah, dan budaya Indonesia ke dalam pembelajaran bahasa, diharapkan peserta BIPA dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menjadi duta yang baik bagi Indonesia. Artikel ini mengupas bagaimana nilai-nilai bela negara dapat diintegrasikan ke dalam program BIPA melalui pemilihan materi ajar yang relevan, kegiatan ekstrakurikuler, dan undangan narasumber. Dengan demikian, peserta BIPA diharapkan dapat memahami lebih dalam tentang Indonesia dan memiliki karakter yang baik.
Saat ini bahasa Indonesia sudah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu bahasa resmi yang digunakan dalam sidang UNIESCO. Pengakuan ini tentulah melalui perjuangan yang panjang. Sehubungan dengan hal itu, tujuan penulisan ini mengeksplorasi proses politik bahasa Indonesia dalam mewujudkan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional sebagai proses penginternasionalan Bahasa Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Hasilnya, Pemerintah Indonesia sudah melakukan 1) Pendirian lembaga yang mengurus bahasa di Indonesia, 2) penyusunan dan penerbitan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 3) Penguatan Bahasa Daerah dan Indonesia, 4) Regulasi dan Peristiwa dalam memperkuat Penginternasionalan Bahasa Indonesia, 5) Penguatan Bahasa Indonesia di UNESCO. Simpulan, penginternasionalan bahasa Indonesia tidak terlepas dari dipilihnya bahasa Melayu menjadi cikal bakal bahasa Indonesia sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) telah dipelajari di luar Indonesia, salah satunya di Thailand. Perkembangan BIPA di Thailand khususnya Universitas Fatoni bukan hanya belajar kemampuan berbahasa Indonesia, tetapi BIPA dalam dunia pekerjaan. Salah satunya Bahasa Indonesia untuk Perhotelan (BIP). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan praktik kerja perhotelan dalam pembelajaran BIP di Universitas Fatoni dan meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia untuk perhotelan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Objek dari Penelitian Tindakan Kelas adalah mahasiswa semester V Konsentrasi Bahasa Indonesia, Jurusan Bahasa Melayu, Universitas Fatoni. Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan meliputi dua siklus dan setiap siklus pembelajaran terdapat peningkatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran BIP pada prasiklus mahasiswa yang lolos nilai minimum sebesar 50%, pada siklus pertama mahasiswa yang lolos nilai minimum sebesar 70%, dan siklus kedua mahasiswa yang lolos nilai minimum sebesar 100%. Selain itu, hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa praktik kerja perhotelan dapat meningkatkan kemampuan BIP dan mahasiswa dapat lebih menguasai materi BIP.
Indonesian Language as softdiplomacy
Joint Research BRIN
Indonesian Language as softdiplomacy
Abstrak
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dipelajari di beberapa negara. Di antaranya, yaitu Thailand. BIPA di Thailand menjadi mata kuliah yang menarik di beberapa universitas, salah satunya Universitas Fatoni. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan motivasi mahasiswa di FTU dalam belajar BIPA di FTU. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data penelitian dikumpulkan dari studi literatur dan angket yang dibagikan kepada mahasiswa FTU. Analisis data dilakukan dengan cara mengelompokkan, menguraikan, dan mendeskripsikan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi mahasiswa FTU belajar BIPA, di antaranya: pertama, motivasi akademik, yakni adanya keinginan menguasai bahasa dan budaya Indonesia khususnya kemampuan berbahasa Indonesia. Kedua, motivasi pendidikan, yakni adanya keinginan mendapatkan beasiswa pendidikan di Indonesia. Ketiga, motivasi kerja, yakni adanya keinginan mendapatkan pekerjaan di Kedutaan Indonesia. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menguasai bahasa Indonesia membawa masa depan mahasiswa lebih baik khususnya di Asia Tenggara.
Speaker: Tatik Ekawati and Dr Lusi Komala Sari
Participant: all participant, CMU students, Maejo U Students
Workshop Tari Jaranan untuk mahasiswa Thailand yang dilaksanakan pada Konferensi ke-4 APPBIPA Thailand 2024 di Chiang Mai University adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan salah satu bentuk seni tradisional Indonesia yang kaya akan budaya dan nilai-nilai sosial seperti nilai-nilai kebersamaan, penghormatan, spiritual, dan keberanian.
Tari Jaranan adalah salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional yang berasal dari Jawa Tengah, Indonesia. Tarian ini biasanya melibatkan penari yang menampilkan gerakan dinamis dan energik, Dalam workshop ini, peserta akan diajarkan langkah-langkah dasar tari Jaranan, yang diiringi dengan musik gamelan. Kegiatan dimulai dengan penjelasan mengenai asal-usul dan makna tari Jaranan, termasuk simbol-simbol yang terkandung dalam Gerakan.
Pada sesi praktikal, peserta akan dibimbing dalam mempelajari berbagai gerakan khas tari ini, yang mencerminkan semangat, energi, dan keindahan budaya Indonesia. Peserta juga diajak untuk memahami interaksi antara gerakan tari dan irama musik, serta cara mengekspresikan emosi melalui tarian.
Workshop ini akan diakhiri dengan pertunjukan kecil di mana peserta yang dibagi menjadi kelompok kecil menampilkan hasil belajar mereka di depan peserta lain. Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk melestarikan seni tari, tetapi juga untuk membangun rasa saling pengertian dan penghargaan terhadap budaya masing-masing serta memperkuat hubungan antara Thailand dan Indonesia.
Speaker: Tatik Ekawati and Dr Lusi Komala Sari
Participant: all participant, CMU students, Maejo U Students
Public speaking for presentation
Tourism, BIPA, Literature, Linguistic.
Abstract
Learners of Bahasa Indonesia for Foreign Speakers (BIPA) have diverse needs, depending on their background and the purpose of learning the language. Foreign workers (TKA) employed in Indonesia require language skills that cover linguistic aspects and those relevant to their work situations and daily life. This study aims to identify the necessary Indonesian language teaching materials for TKA through a direct survey. The research employs a quantitative method by distributing questionnaires to TKA from various employment sectors in Indonesia. The survey results show that TKA requires more practical materials, such as language for workplace communication, understanding of local culture, social themes in Indonesian society, comprehension of Indonesian culture, technology, economics, and politics, as well as specific vocabulary related to their fields of work. Additionally, materials related to communication ethics within the social context of Indonesian society are also considered important. These findings are expected to serve as a foundation for developing BIPA teaching materials that better align with the needs of TKA in Indonesia, as well as assist in facilitating their linguistic and cultural adaptation in professional and social environments.
Keywords: teaching materials, BIPA, foreign workers
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara perkembangan Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata prioritas dengan motivasi mahasiswa untuk mengikuti matakuliah BIPA pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Obyek kajian dalam artikel ini adalah 52 mahasiswa yang memprogramkan matakuliah BIPA pada semester ganjil tahun akademik 2024/2025. Kuesioner dibagikan kepada seluruh mahasiswa unuk mengetahui motivasi memprogramkan matakuliah BIPA, sementara jawaban terhadap korelasi antara berkembangnya destinasi wisata Labuan Bajo dengan minat mempelajari BIPA diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap 6 orang mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa mahasiswa perkembangan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata prioritas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan mata kuliah ini. Mahasiswa mempelajari BIPA untuk memperoleh keterampilan dalam kewirausahaan Bahasa yang berhubungan dengan peluang kerja pada industry kreatif.
Kata Kunci: BIPA, mahasiswa, pariwisata
Perkembangan Universitas Trunojoyo Madura menjadi rintisan Kampus World Class membuat pembelajaran BIPA sebagai mata kuliah utama. BIPA diharapkan mampu menjadi media pembelajaran penting dalam pengenalan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi utama Bahasa Indonesia sekaligus pembelajaran Sosial Budaya Bangsa Indonesia pada umumnya dan Masyarakat Madura pada khususnya. Salah satu yang disampaikan dalam pengenalan BIPA pada mahasiswa asing adalah proses pembelajaran membuat Jamu Madura. Hal itu penting karena Jamu Madura merupakan salah satu kearifan lokal yang perlu dilestarikan dengan mengenalkan pada mahasiswa asing. Artikel ini membahas mengenai peluang dan tantangan Jamu Madura sebagai budaya yang diintegrasikan dalam pembelajaran BIPA di Univeristas Trunojoyo Madura. Objek kajian adalah pengalaman dosen-dosen pengajar BIPA yang memasukkan pengenalan Jamu Madura pada pembelajaran BIPA terhadap Mahasiswa Asing. Pengalaman para dosen tersebut disertai kesadaran bahwa terdapat peluang dan tantangan mengenalkan Jamu Madura yang terintegrasi dalam Pembelajaran BIPA. Penelitiannya menggunakan deskripsi kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara. Hasil penelitian menyatakan bahwa : 1) Peluang memasukkan Jamu Madura dalam pembelajaran BIPA membuat mahasiswa asing mudah dan antusias dalam pembelajaran; 2) Tantangan memasukkan Jamu Madura dalam pembelajaran BIPA adalah mahasiswa asing kesulitan memahami Jamu Madura sebagai pengobatan dan menganggapnya hanya sebagai minuman tradisional.
Kata Kunci : Jamu; Madura; Pembelajaran BIPA; Warisan Budaya.
ASEAN studies, BIPA, Diplomacy
This study aims to provide an explanation of how the Indonesian government uses Indonesian languages as an instrument of nation branding to provide a positive image to the Indonesian nation. Consider Afrikaans in South Africa, Mandarin Chinese in China, a standard variety of French in France and an aristocratic form of German in Germany. Historically, language has been a tool for motivating nationalism, a sense of superiority over others in the country and a means to isolate a group of people from all others, frequently setting those people up as superior to all others. from this study it will also describe a descriptive analysis of Indonesian Language strengths that can be used as an instrument to strengthen the soft power of a country through the concept of cultural diplomacy. This study use time series and content analitic. This study show that the formal institution opens Indonesian Language as a subject course and some informal institution open Indonesian course for public. The study result reveal that Indonesian Government actively support Institution in Thailand to provide Indonesian Language such as teachers, materials teaching, scholarship to study in Indonesia, research development and ect.
The gastrodiplomacy strategy based on Surabaya's culinary specialities has a huge potential to be applied in the BIPA Programme in Surabaya City.The use of culinary as a teaching medium not only attracts students' attention,but also gives them direct experience of the social and cultural context in which the language is used.The objectives of this study are,(1)to analyse Surabaya's culinary that has potential use in gastrodiplomacy,(2)to explore gastrodiplomacy strategies based on Surabaya's culinary specialties to increase the learning motivation of BIPA Program students in Surabaya City and (3)to explore the role of gastrodiplomacy based on Surabaya's culinary specialties in BIPA learning.This research uses a qualitative method with a descriptive approach.Determination of research subjects was done by purposive sampling technique.Data collection was conducted through in-depth interviews and participatory observation and additional data collection through document analysis.The focus of the analysis is the experience of students who participate in culinary-based activities, how they perceive the impact of these activities on language learning, and the cultural elements that are most influential on learning motivation.To maintain data validity, triangulation was conducted.The results show that the role of gastrodiplomacy in BIPA learning is very significant.This strategy not only helps students in learning the language, but also introduces them to cultural values and local traditions in a deep and meaningful way.With an interactive and contextual approach, Surabaya's typical culinary gastrodiplomacy is able to increase students' learning motivation, making the Indonesian language learning process more enjoyable, effective, and oriented towards local culture.
Keywords:BIPA,gastrodiplomacy,international students,culinary,Surabaya City
This research the plant names used by the Tai Khao ethnic group in Mai Chau, Hoa Binh Province, Vietnam, focusing on the linguistic and categorization of plants with taxonomy classifier. Data was collected through interviews with Tai Khao informants, supplemented by terms from local sources and dictionaries. An ethnolinguistic approach, combined with componential analysis, was employed to investigate how the community organizes plant names.
The findings indicate that Tai Khao plant names are typically structured around three components: a core term (CORE), a plant class term (Plant class term), and a modifier (Modifier). Based on these elements, the names fall into three distinct structural categories: plant names using only the core term, those combining the plant class term with the core term, and more complex names that incorporate the plant class term, core term, and a modifier. These naming conventions reflect the Tai Khao people's deep connection with their natural environment and their intricate system of plant classification.
BIPA, ASEAN Studies
Abstract:
Sankhlaburi, a town along the Thai-Myanmar border, faces significant challenges as displaced children and families seek refuge from Myanmar’s ongoing civil unrest. This study examines the primary issues affecting these vulnerable populations, including limited educational access, inadequate sex education, and citizenship barriers. Although the area has only one high school, three junior high schools, and nine primary schools, the demand for education is overwhelming, leaving many children without schooling. Compounding these issues is the lack of sex education, leading to high rates of teenage pregnancy among girls who are unaware of prenatal care and the importance of hospital births. As a result, many children born at home are unable to obtain Thai citizenship, further marginalizing them. These findings highlight the urgent need for resources and support to address the educational, healthcare, and legal challenges facing displaced individuals in Sankhlaburi, advocating for targeted interventions to support this growing population in border regions.
Abstract: The right to pursue education, including higher education, should be accessible to everyone. Higher education serves as a crucial pillar for the advancement of modern society and is vital for individual growth, societal development, economic progress, and enhancing national competitiveness. For individuals, it lays the groundwork for career opportunities and improves quality of life; For society and nations , it acts as a catalyst for economic expansion, technological innovation, and increased global standing. Thus, fostering higher education is essential not only for personal ambitions but also for collective prosperity of society. Nevertheless, despite its critical importance, many individuals are unable to realize their aspirations in higher education—particularly Myanmar migrants who often find themselves marginalized and face various obstacles in this pursuit. This research focuses on Myanmar migrant students residing in Thailand and has identified 11 pathways that facilitate access to higher education based on gathered data regarding the current educational landscape and policies within Thailand. An analysis of these pathways reveals that the viable route involves utilizing migrant learning centers leading to GED programs or Thai informal educational systems before progressing into higher education institutions. This approach aligns with the BEAM Educational Foundation's training initiatives aimed at facilitating access to higher education among Myanmar migrants in Thailand and further underscores the foundation’s significant role in supporting these students' higher education journeys.
Keywords: Marginalized Myanmar migrant students in Thailand; Challenges and feasibility of accessing higher education pathways; BEAM Educational Foundation; Influence.
Abstract
The Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) in 2020 has implications for increasing the number of foreign workers (TKA) in Indonesia (Octavia et.al., 2017). The increase is the realization of global economic cooperation carried out by the Indonesian government with other countries through investment to transfer science and technology. Currently, the majority of migrant workers working in Indonesia generally come from China, Korea, and Japan (Mulyanah et al., 2021). This study will highlight the problem of how foreign workers communicate in the multicultural background of Indonesian culture by observing cross-cultural understanding in the communication of foreign workers in Indonesia. Therefore, this study aims to formulate a cross-cultural experience in the communication of foreign workers (TKA) in Indonesia as Indonesian material for foreign speakers (BIPA) from the perspective of sociolinguistic studies. The method used in this study is mixed, namely qualitative and quantitative approaches. Data collection techniques using interviews, questionnaires, and surveys. Sampling technique using purposive sampling. The respondents to be selected are 78 people, foreign workers from China, Korea, and Japan. The results of this study are expected to find elements of cross-cultural understanding in the communication of foreign workers in Indonesia from a sociolinguistic perspective.
Keywords: understanding, cross-cultural, communication, TKA, BIPA, sociolinguistics
BIPA and Culture,Art
This research aims to study the similarities and differences between Indonesian idioms using the word hati ‘heart’ and Thai idioms using the word ใจ ‘heart’, and to analyze the worldviews of Indonesians and Thais reflected from these idioms. The theory of semantics and the concept of cultural studies were used in the analysis. The data were collected from dictionaries and books related to these idioms and examined the meaning of the data in the Indonesian Dictionary (KBBI) and the Royal Institute Thai Dictionary. Then, the context of use of idioms was examined from Indonesian novels and Thai novels.
Results were that 178 Indonesian idioms using the word hati and 186 Thai idioms using the word ใจ. When analyzing and comparing idioms in both languages, they can be divided into 3 types: 1. Idioms with the same idiom elements and the same meaning. 2. Idioms with the same idiom elements but different meanings. 3. Idioms with different idiom elements but the same meaning.
On worldviews, it was found that both countries have similar worldviews in terms of empathy for others, as well as an awareness that emotions and feelings are natural human beings, which is a result of the cultural influences in both countries.
Pengiriman mahasiswa untuk kuliah kerja nyata(KKN) ke Thailand Selatan telah berjalan cukup lama. Sebelum covid merebak dan sesudahnya pengiriman mahasiswa ini semakin meningkat tiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari kehadiran mereka di KRI Songkhla setiap tahunnya, terutama ketika perayaan HUT RI. Ini bermakna semua ini tidak lepas dari peranan KJRI Songkhla yang telah menjalin kerja sama dengan semua instansi di Thailand selatan, terutamanya para alumni Indonesia, sekolah-sekolah dan pejabat terkait.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kuantitatif dengan menggunakan interview dan kuesioner. Hasil yang didapat dari kedua metode tersebut kemudian dihuraikan dengan cara mendeskripsikan secara gamlang dan jelas sehingga hasil dapatan dapat dipahami oleh pembaca. Penelitian ini menggunakan pendekatan diaspora dan menggunakan teori sosiolinguistik.
Hasil penelitian mendapati bahwa mahasiswa telah berperan aktif menyebarkan bahasa Indonesia di Thailand selatan. Hal ini terjadi karena mengajar bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di sekolah ketika mereka KKN. Para mahasiswa juga berusaha memahami bahasa lokal (dialek) masyarakt Pattani.
Kata kunci: Diaspora, Indonesia, Mahasiswa, KKN
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan dan menjelaskan strategi komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan pemelajar BIPA asal Thailand di Sulawesi Selatan dalam pembelajaran BIPA; 2) mendeskripsikan dan menjelaskan interpretasi pengajar terhadap strategi komunikasi yang dilakukan pemelajar BIPA; 3) mendeskripsikan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan pemelajar BIPA dalam pembelajaran. Analisis data yang digunakan selama penelitian adalah analisis deskriptif, analisis strategi komunikasi pemelajar bahasa asing, analisis interpretasi pengajaran BIPA terhadap penggunaan strategi pengajar BIPA, dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi komunikasi pemelajar BIPA melalui catatan lapangan hasil observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Informan adalah pemelajar BIPA asal Thailand yang pernah dan sementara belajar di bawah koordinasi Unit Lembaga Pengembangan Bahasa, Urusan Internasional dan Kerjasama (LPBKUI) Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Hasil Penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) strategi komunikasi verbal yang digunakan pemelajar BIPA, yaitu antonim, diksi, ekuivalensi, imbuhan, Perihal lafal, kolokasi, memohon bantuan, peminjaman, penghindaran, preposisi, pengulangan, sinonim, dan terjemahan. Strategi komunikasi pemelajar nonverbal BIPA, yaitu diam, ekspresi muka, gerak tubuh, vokalik, dan simbol. 2) interpretasi pengajar BIPA terhadap penggunaan strategi komunikasi yang digunakan pemelajar BIPA adalah menyarankan kepada para pemelajar untuk tidak hanya diam dan mendengarkan saja, tetapi mereka harus membekali dirinya minimal dengan kamus.
Program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) di UPN Veteran Jawa Timur tidak hanya berfungsi sebagai sarana pembelajaran bahasa dan budaya Indonesia, tetapi juga menjadi media untuk menanamkan sikap toleransi di lingkungan multikultural kampus Bela Negara. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bentuk-bentuk sikap toleransi yang ditunjukkan mahasiswa asing dalam Program BIPA serta menganalisis strategi pembinaan karakter toleransi mahasiswa asing dalam Program BIPA di UPN Veteran Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara mendalam dengan mahasiswa BIPA, dosen, dan mahasiswa lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa bentuk sikap toleransi yang ditunjukkan mahasiswa asing sebagai hasil dari program penguatan sikap toleransi, yaitu (1) Sikap mahaisswa asing terhadap agama yang dianut mayoritas masyarakat Indonesia, (2) Sikap mahasiswa asing terhadap budaya dan kebiasaan lokal masyarakat Indonesia, (3) Sikap terbuka dan aktif dalam interaksi lintas budaaya, (4) Sikap gigih dalam mengatasi hambatan belajar bahasa, dan (5) Sikap empati terhadap mahasiswa lokal. Selanjutnya, diperoleh hasil penelitian terkait strategi pembinaan karakter toleransi mahasiswa asing dalam Program BIPA, yaitu (1) Orientasi budaya dan Bahasa di awal Program BIPA melalui program welcoming party, (2) Program pendampingan Kanca BIPA, (3) Program kelas interaktif dan diskusi lintas budaya dengan mahasiswa lokal, dan (4) Pelibatan mahasiswa asing dalam kegiatan yang mampu meningkatkan pemahaman Bela Negara dan semangat kebhinekaan Indonesia. Dengan strategi yang tepat, program BIPA mampu mendorong sikap toleran dan menciptakan lingkungan kampus yang harmonis dan inklusif.
Kata Kunci: BIPA, penguatan sikap toleransi, mahasiswa asing, kebhinekaan Indonesia, UPN Veteran Jatim
BIPA and Culture
The Comparative Literature approach in teaching Indonesian for Foreign Speakers (BIPA) offers a new perspective in building cross-cultural understanding. Through the study of literature from different countries, especially the comparison of Indonesian literary works with works from the learner's home culture, this approach aims to connect their literary experiences with the social and cultural context of Indonesia. This approach allows BIPA learners to understand the values, norms, and social realities that exist in Indonesia in a more relevant and in-depth way. Literature serves as a bridge that connects language and culture, helping learners develop linguistic competence while increasing awareness and appreciation of cultural differences. By understanding thematic comparisons, narrative styles and symbolism between literary works, learners not only master the language technically, but also enrich their understanding of the complexity of Indonesian culture. In the context of cross-cultural learning, comparative literature offers an effective way to build intercultural dialog that strengthens intercultural communication skills.
Keywords: Comparative Literature, BIPA, Cross-Cultural, Cultural Understanding, Language Teaching
Motivation plays a crucial role in language learning, extending beyond traditional pedagogical frameworks, as emphasized by Dornyei (2005). This study explores the motivational factors influencing 30 nursing students in a northeastern Thai university who elected to study Indonesian, a language other than English (LOTE). Employing a qualitative approach, data were gathered through semi-structured interviews and reflective essays. The findings revealed several key motivational factors, including study completion requirements, cultural immersion, interactive teaching methods, perceived language easiness, and future career opportunities. A significant insight was the participants' strong interest in Indonesian culture and community engagement, which emerged as a salient motivational driver. These results suggest that motivation in learning Indonesian is dynamic, driven by both instrumental (e.g., career prospects) and integrative (e.g., cultural appreciation) factors. The study advocates for language programs to incorporate cultural elements more prominently to sustain learner engagement, especially for languages that are not as globally dominant as English. Implications for educators include the need to design curricula that highlight cultural immersion opportunities and future employability to enhance students' motivation for learning LOTEs. Further research could explore longitudinal perspectives on the motivational shifts in LOTE learners as they advance in their studies.
This study aims to explore the adaptation strategies used by Taiwanese students to cope with culture shock during their studies at Universitas Negeri Malang. Using a qualitative research approach, this research involves in-depth interviews with 20 Taiwanese students to gather insights into their experiences and challenges. The findings indicate that students employed various strategies to address culture shock, including seeking social support from local and international peers, participating in orientation programs, and engaging in cultural exchange activities. Additionally, many students emphasized the importance of improving their Indonesian language skills as a means to enhance communication and reduce feelings of isolation. Overall, this research contributes to understanding the unique challenges faced by Taiwanese students in a foreign academic environment and highlights effective strategies to enhance their adaptation and well-being. The findings are expected to inform university policies and support services aimed at assisting international students in their transition to a new cultural and educational context.
Bahasa Indonesia berpotensi untuk menjadi bahasa global, didorong oleh sejarahnya sebagai pemersatu wilayah Nusantara, kedudukannya sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, serta struktur tata bahasanya yang memudahkan proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prospek, tantangan, dan strategi menginternasionalkan bahasa Indonesia melalui diplomasi budaya dan bahasa. Metode penelitian ini mengombinasikan analisis komparatif terhadap bahasa-bahasa global dan studi kasus pendekatan promosi bahasa yang diterapkan oleh institusi internasional, seperti Goethe-Institut dan Dinas Pertukaran Akademis Jerman. Hasil analisis menunjukkan bahwa sistem fonetik yang konsisten dan tata bahasanya yang logis membuat bahasa Indonesia relatif mudah dipahami dan diaplikasikan oleh penutur asing yang berasal dari berbagai latar belakang. Namun, terdapat tantangan besar, termasuk dominasi bahasa Inggris dalam perdagangan dan teknologi global serta keterbatasan infrastruktur pendidikan yang mendukung pengajaran bahasa Indonesia di luar negeri. Penelitian ini menyimpulkan bahwa diplomasi bahasa, melalui penyelenggaraan program BIPA, pembentukan pusat-pusat kebudayaan dan bahasa di mancanegara, serta penyusunan kurikulum yang mendukung ekspansi internasional bahasa Indonesia, adalah langkah strategis yang diperlukan untuk memperkuat posisinya di ranah global.
BIPA
Comics are a distinctive narrative medium that employs a sequence of static images to convey a cohesive story. The absence of movement in these images necessitates active reader engagement, encouraging cognitive involvement to interpret and complete the implied actions between panels. This interactive process enhances cognitive activity within each frame, allowing readers to derive meaning and visualize transitions. Consequently, comics have proven to be an effective pedagogical tool, promoting critical thinking and improving comprehension in educational contexts. This study aims to investigate how web-based comic strip creation can function as a learning strategy to enhance Indonesian literacy among foreign students, particularly Thai learners, enrolled in the Indonesian for Foreign Speakers (BIPA) program at UMSU. The research focuses on the culture of North Sumatra, selected for its distinctive local values and rich cultural diversity. The research methodology employed is development research (research and development). The participants in this study consisted of 30 Thai students enrolled in the BIPA program at UMSU. These students were instructed to create comics using the online comic creation platform MakeBeliefsComix.com. Upon completion, the final comic pages were saved as JPEG files, emailed to the instructor, and compiled on the Moodle course website, allowing for peer review and collaboration. The findings indicate that comics are a highly effective medium for culturally-based BIPA learning, as they significantly enhance student motivation, which is closely associated with improved learning outcomes. This suggests that the integration of comics in language learning contexts can foster greater engagement and academic success among learners.
Abstrak
Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) menghadapi berbagai tantangan dalam meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa yang berasal dari latar belakang budaya yang beragam. Gamifikasi merupakan pendekatan yang menggunakan elemen-elemen permainan dalam konteks pembelajaran. Artikel ini bertujuan menganalisis gamifikasi yang digunakan dalam pengajaran BIPA, dampaknya terhadap penguasaan keterampilan bahasa, dan interaksi sosial antarsiswa. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan studi kepustakaan dari berbagai literatur terkait penerapan gamifikasi dalam pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi, dengan mengelompokkan dan mengevaluasi berbagai elemen gamifikasi yang relevan dalam pengajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) gamifikasi yang digunakan pada pembelajaran BIPA dalam bentuk kuis interaktif, sistem poin, lencana, dan tantangan; (2) gamifikasi dapat mempercepat pencapaian kompetensi berbahasa pembelajar BIPA; dan (3) gamifikasi dapat meningkatkan partisipasi aktif dan interaksi sosial antarsiswa; dan (4) gamifikasi dapat digunakan dalam pembelajaran BIPA sebagai pendekatan inovatif untuk meningkatkan motivasi siswa. Meskipun demikian, analisis ini juga mengidentifikasi beberapa tantangan dalam implementasi gamifikasi, seperti kesesuaian materi pembelajaran dan adaptasi kurikulum. Artikel ini memberikan rekomendasi untuk penerapan gamifikasi dalam pengajaran BIPA sebagai strategi inovatif untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa.
Kata Kunci: Gamifikasi, Pembelajaran, BIPA, Pengalaman Interaktif
Mendeskripsikan keoptimalam program imersi dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa Jilin International Studies University, China dalam berbahasa Indonesia. Program ini tidak hanya membantu meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara, tetapi yang paling penting program berhasil membangun kepercayaan diri mahasiswa melakukan kontak sosial dengan memakai bahasa Indonesia. Sebagai mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia di universitas tentu saja dituntut untuk bisa berbahasa Indonesia dengan baik.
Keberagaman budaya tradisi menjadi tantangan tersendiri bagi pembelajar bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di luar negeri, termasuk China. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor linguistik dan budaya yang mempengaruhi kesulitan belajar bahasa Indonesia dan implikasi pedagogis pembelajaran Bahasa Indonesia kepada penutur China. Metode penelitian ini, yaitu mix method dengan pendekatan Micmac. Variabel yang diidentifikasi sebagai faktor yang mempengaruhi meliputi faktor (1) fonetik, (2) kosakata, (3) istilah, (4) konteks, (5) implikatur, dan (6) inferensi dianalisis dengan menggunakan skala 4 dengan rincian 0 untuk tidak ada pengaruh, 1 untuk pengaruh lemah, 2 untuk pengaruh sedang, dan 3 untuk pengaruh kuat. Hasil penelitian ini, yaitu penguasaan fonetik, kosakata, istilah budaya, isyarat kontekstual, implikatur, dan inferensi tidak hanya memerlukan pengetahuan bahasa, tetapi juga pemahaman tentang nuansa budaya dan sosial yang membentuk komunikasi yang tepat dalam berbahasa Indonesia. Pembelajaran berbasis pengalaman, praktik berkelanjutan, dan keterlibatan dengan penutur asli dapat sangat membantu pelajar dalam mengatasi tantangan ini.
Closing Ceremony – Speech by Education Attache KBRI Bangkok (The Attaché of Education & Culture Indonesian Embassy for Thailand Kingdom / Dr. City Daniela Aruan)
Tour around campuss of Chiang Mai